salam dari kami
>> Senin, 26 Desember 2011
Dari 365 hari di tahun 2001 kemarin, berapa waktu kita
untuk Allah
SWT? Bila tiap sholat kita menyediakan waktu
rata-rata 5 menit, maka dalam sehari kita menyisihkan waktu kurang dari
setengah jam saja untuk menghadap-Nya. Sementara kita tidur dengan membuang 5
sampai 8 jam perhari, bekerja menghabiskan 8 jam perhari, dan makan selama 3 x
20 menit perhari. Nonton teve, setidaknya 1-2 jam perhari. Jadi, dari 24 jam
waktu keseharian kita, ‘’jatah’’ untuk Allah SWT
hanya kurang dari setengah jam. Berarti, sepanjang 2011, kita menyisihkan waktu
sholat selama kurang dari 7 hari saja. Jika kita kini 30 tahun dan sholat sejak
usia 9 tahun, maka dari 21 tahun umur akil-baligh kita, hanya 147 hari atau 5
bulan saja di antaranya yang digunakan untuk sholat.
Hitungan itu memang ironis, bila yang punya agenda seorang
sekuler. Muhammad Quthb menjelaskan, sekuler adalah mengasingkan agama dari
kehidupan (fasluddin ‘anil hayat).
Sekuleris memperhitungkan kehadiran Allah hanya pada waktu-waktu ritual seperti
sholat. Sedangkan di saat-saat lain, Allah terlupakan ada-Nya, kuasa-Nya,
peran-Nya, kehendak-Nya, bahkan semuanya. Allah dianggap tidak ‘’mengerti’’
soal bursa efek, soal distribusi kekuasaan, atau soal hukum pembuktian
terbalik. Allah dinilai ‘’tidak relevan’’ memasuki wilayah-wilayah keduniaan.
Seolah-olah Allah tidak pernah memberikan al Qur’an dan as Sunnah sebagai
pedoman hidup manusia dalam segenap aspeknya. Sepertinya kedua sumber hukum itu
tidak lebih hebat dibanding produk pemikiran Montesque, Adam Smith, atau Machiavelli.
Sehingga dalam agenda keseharian sekuleris, Tuhan ‘’terkerangkeng’’ di
tiang-tiang masjid atau forum-forum pengajian belaka.
Allah SWT dalam al Qur’an
menegaskan: ‘’Tak Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah.’’ Dan
setiap sholat Muslim berjanji: ‘’Sungguh sholatku, ibadahku, hidup dan matiku,
semata hanya untuk-Mu Tuhan Penguasa Alam.’’ Ini adalah pernyataan anti-sekuler
yang tegas. Dengan spirit inilah,
seorang Muslim tidak akan terjebak pada kalkulasi waktu yang sekuleristik seperti
dikemukakan tadi. Baginya, aktivitas hidup selalu dilandasi niat ikhlas,
dijalankan dengan syariat Ilahi, dengan skala prioritas yang tepat serta
memanfaatkan modernitas demi efektivitas dan efisiensi.
‘’Jadikanlah dunia sebagai ladang akhirat,’’ Rasulullah
mengingatkan. Di lain
riwayat beliau berpesan,
ada dua kenikmatan yang membuat banyak manusia tertipu: kondisi sehat dan waktu
senggang (HR Bukhari).
0 komentar:
Posting Komentar